Jumat, 12 Juli 2013

Cinta yang agung

Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya..

Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia..

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'..

Apabila cinta tidak berhasil
..Bebaskan dirimu..
Biarkan hatimu melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi..

Ingatlah..bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati..
kamu tidak pelrlu mati bersamanya

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh..

Salah satu puisi terkenal karya Kahlil Gibran ini menurut gue punya arti dan makna yang amat sangat kuat. Dari judulnya aja udah menggambarkan bagaimana seorang Kahlil Gibran dalam menciptakan sebuah puisi. Gue mau membahas sedikit tentang puisi ini. Maksud gue, biar gue juga ada kerjaan. Daripada gabut mikirin nilai sama gabut mikirin persiapan buat ospek. 

Gue suka dari bait pertama sampe bait ketiga. Itu menggambarkan bagaimana sebenarnya cinta yang agung itu sendiri. Bait pertama, ketika lo sedih dan menderita, sampe meneteskan air mata, lo masih bisa peduli sama dia, yang walaupun sebenernya dia belum tentu peduli sama lo. Ibaratnya dari keadaan lo yang kacau itu, lo rela buat mikirin orang lain, apalagi sampe peduli sama dia. 

Terus ketika dia udah gak peduli lagi sama lo, tapi lo masih nunggu dia dengan setia. Emang kalo di jaman sekarang ini, itu hal yang gak berguna. Tapi menurut seorang Kahlil Gibran, hal itu disebut agung. Mencintai seseorang dengan agung. Jaman Kahlil Gibran sama jaman yang udah serba modern ini emang beda jauh. Mulai dari pemikirannya, persepsinya sampe ke bagaimana cara orang mencintai orang lain. 

Tapi kesetiaan itu gak bisa dibeli dengan mata uang manapun, sama kayak kejujuran. Kesetiaan itu mahal harganya. Kesetiaan itu bukan diukur dari berapa lama lo sanggup untuk mencintai orang itu, tapi kesetiaan itu diukur dari ketika dia udah gak peduli lagi sama lo, apakah lo sanggup untuk menunggu dia dengan setia? Sampe pada akhirnya orang itu mau balik lagi sama lo dan peduli lagi sama lo. 

Kesetiaan itu juga diukur dari bagaimana lo menghadapi masalah yang ada di depan lo berdua dengan dia, sanggup untuk terus menemani dia dikala suka maupun duka. Berusaha untuk tetap tersenyum supaya untuk membuat dia merasa bahwa senyuman lo itu bisa meringankan semua masalahnya. Mungkin itu yang disebut dengan kesetiaan yang agung. Mungkin juga engga..

Di bait yang ketiga ini, gue rasa semua udah jelas. Gak ada yang perlu di jelasin lagi. Tapi bakalan gue tambahin dikit. Dikit doang. Kata-kata di bait ketiga ini untuk sebagian orang pasti menilai kalo kata-kata ini omong kosong. Tapi Kahlil Gibran merangkai sebuah kata pasti bukan tanpa alasan. Gue emang gak kenal sama beliau. Pernah ketemu sama orangnya aja belom. Buat bilang 'hai' aja juga belom pernah. Tapi gue yakin kalo di balik kata-kata beliau pasti ada maksud didalamnya. 

Inti dari bait ketiga ini adalah tentang mengikhlaskan orang yang lo cintai berada dipelukan orang lain. Sebenernya intinya cuma itu, ikhlas. Apakah lo ikhlas melihat orang yang pernah lo cintai berdua sama orang lain? Apakah lo ikhlas melihat orang yang pernah lo cintai pegangan tangan sama orang lain? Apakah lo ikhlas melihat orang yang pernah lo cintai berbagi kasih sama orang lain? Kalo lo bener-bener ikhlas dan merelakan dia untuk orang lain, pada akhirnya lo akan bilang kayak gini ke dia. 'Gue turut berbahagia buat lo, semoga lo bahagia sama dia' pake emote senyum dibelakang kata. Sekian

tambahan: jangan terlalu mencintai orang lain kalo gak mau jatuh ke dalam penderitaan yang mendalam, cukup mencintai orang itu dengan sederhana, supaya bisa merelakan dia pergi dengan senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar